FAKTOR – FAKTOR INTERAKSI SOSIAL
Imitasi
Otto Larson (1968), bahwa 56% karakter dalam acara televisi anak mencapai tujuannya melalui tindakan kekerasan.
Kita dapat melihat secara nyata pengaruh demikian pada tahun 1970-an ketika para pemuda/remaja meniru rambut panjang dan pakaian The Beatles. Pada tahun 1990-an banyak wanita meniru rambut Lady Di (Diana, isteri Charles). Di kalangan anak-anak pengaruhnya lebih nyata. Ketika ramainya tayangan filmSuperman, banyak anak-anak berpakaian seperti Superman dan meniru gaya terbangnya, demikian juga ketiga Batman populer. Sekarang anak-anak biasa meniruThe Rock!
Kasus : Minggu lalu harian Tribun Jabar memuat berita utama ‘Bocah Tewas Usai “Smackdown”.’ Peristiwa yang mengejutkan ini disusul dengan beberapa ulasan di TV mengenai korban-korban lainnya ditempat lain seperti tulang patah, memar-memar, sampai gegar otak. Mengejutkan sekali karena melalui tayangan itu kita melihat bahwa ternyata penggemar tayangan Smackdown di TV itu sudah luas ditonton anak-anak, bahkan play station ‘Smackdown’ juga sudah leluasa dijual dipedagang kakalima seharga Cuma 5 ribuan, bahkan kartu-kartu bergambar para pahlawan Smackdown dan poster-poster besar bisa tertempel dikamar anak-anak.
Kasus ini menandakan bahwa proses imitasi juga dipengaruhi oleh media yang mendukung terjadinya proses imitasi/peniruan. Dan kesalahannya adalah imitasi berlangsung untuk hal – hla yang negatif.
Anak usia 2-3 tahun mulai mewujudkan tingkah laku dari apa yang mereka amati pada anggota keluarga yang lain. Ia menyimpan ingatan tentang tindakan dan peristiwa yang dilihat dalam benaknya dan mengeluarkannya kembali untuk ditiru di kemudian hari. Tugas Anda yang utama adalah menjadi model perilaku terbaik bagi si kecil.
Empati / Simpati
“Tangan di Atas Lebih Baik dari pada Tangan di Bawah”, begitulah mungkin kata – kata nasihat yang tidak asing lagi terdengar. Itu merupakan salah satu bentuk empati / simpat kita pada orang lain. Seperti pada gambar tampak
Seorang anak tengah memberikan sedekahj kepada orang cacat dipinggir jalan. Itu merupakan salah satu bentuk empati
Yang ia berikan pada orang lain. Atau seorang anak yang memiliki seekor hewan peliharaan berarti si anak harus mampu belajar bertanggung jawab memberi makan dan minum hewan peliharaannya ini adalah cara untuk belajar mengelola empatinya kelak. Termasuk hobinya bercocok tanam. Berbicara dengan tanaman, memberinya pupuk dan tak lupa rutin menyiraminya, adalah langkah pembelajaran empati yang bisa diterapkan kepada anak.
Sugesti
Seorang murid yang selalu dihina dan direndahkan oleh gurunya dengan kalimat-kalimat yang menyudutkan (mis: “ Bodoh banget jadi anak, kamu malas sekali kalau masih malas jangan sekolah“) kata – kata yang menjatuhkan justru qsssakan menjadi murid yang rendah diri, susah mengerjakan soal dan mencerna pelajaran serta akan menjadi murid yang nakal. Akan berbeda hasilnya jika sang murid selalu didukung oleh guru dengan sepenuh dan setulus hati, diberi semangat dan diberi kata-kata positif yang berkonotasi baik, maka niscaya sang murid akan menjadi murid yang baik, pintar, pandai dan tidak nakal. Juga contoh lain tentang pelajaran matematika, seorang murid yang menganggap bahwa pelajaran Matematika itu adalah momok menakutkan, susah, rumit dan sudah illfeel sebelum mencoba maka hasilnya adalah murid tersebut tidak akan pernah menguasai pelajaran Matematika. Sebaliknya, jika sang murid menganggap bahwa pelajaran Matematika itu menyenangkan, mudah -dalam arti- dipelajari, dan mau berusaha untuk mencoba, niscaya murid tersebut akan menguasai dan bisa mengerjakan soal-soal pelajaran Matematika. Pernah dengar hipnoterapi? itu juga menggunakan efek dari sugesti.
Identifikasi
Seseorang cenderung meng’identifikasi’kan (menyamakan) dirinya dengan mereka yang dihargai, dihormati dan diidolakan, dan sebagai konsekwensinya seseorang akan dipengaruhi perilaku tokoh idola itu. Seseorang ingin berperilaku seperti tokoh yang dilihatnya dan ingin berbuat dan apa yang difikirkan dan diperbuat oleh idolanya.
Identifikasi adalah tingkat yang lebih dalam dari imitasi. Kalau imitasi hanya meniru perilaku luar seperti dandanan pakaian dan rambut, identifikasi lebih dalam menyangkut mengidap mentalitas dibalik perilaku lahir itu, jadi gaya rambut dan pakaian yang ditiru itu bukan sekedar ikut-ikutan tetapi memang sudah menjadi bagian dari perilakunya sendiri.
Perampokan, pemerkosaan, dan kejahatan seksual lainnya juga makin banyak terjadi justru karena kisah-kisah kriminalitas yang sebenarnya ingin mengingatkan pemirsa akan terjadinya kejahatan yang perlu dihindari, namun banyak pemirsa bukan menangkap pesan itu tetapi meniru dan mengidentifikasikan dirinya dengan perilaku kejahatan kriminal tersebut. Kita bisa melihat kawin-cerai dan perselingkuhan yang banyak menjadi tema telenovela dan sinetron di tanah air
sekarang sudah menjadi bagian hidup para selebriti dan ujung-ujungnya mempengaruhi pemirsa.
Yang lebih sulit lagi dalam mengatasi hal ini adalah karena adanya fakta melalui penelitian bahwa peniruan maupun identifikasi banyak terjadi pada mereka yang memang memiliki sifat mentalitas yang sama dengan tokoh yang diidolakan