0

for my happiness, it is.

0

CINTAKU BERAKHIR SESAL


CINTAKU BERAKHIR SESAL
ABOUT LOVE, BUT A REGRET TOO


BY
PUTRI MARSHEILA
ON DECEMBER



Cintaku Berakhir Sesal
“waaaah …gue baru bangun nih “ jam udah menunjukkan pukul  07.00 pagi.
             “gila mau ke kampus padahal ..” sambil buru – buru mandi Vina langsung bergegas menuju kampus nya. Dengan kaos  seadanya Vina langsung naik bis dan berangkat ke kampus yang jaraknya lumayan jauh dari rumahnya.
            “ aduuh ada kuliah pagi ini, bisa mampus gue kalo telat! Ampun dehhh gimana ini??” tapi dalam keadaan cemasnya Vina terpaku pada pandangan yang asing pada matanya.
            “mari duduk mbak” kata laki- laki itu padanya sambil melemparkan segaris senyum yang lain menurut hati Vina.
            “hmm. Makasih mas gak apa msa berdiri ?” jawab Vina ,
            “ gak apa – apa kok mbak “ jawab laki –laki itu.
            Vina agak kaku dengan perlakuan laki – laki sebaik itu, menurutnya jatang dia temui. Teringat olehnya waktu ia berdebat dengan sahabat –sahabatnya tentang hal semacam itu. Tap selangkah sebelum ia turun dilihatnya laki – laki itu lalu
            “ nama gue Vina “  “ aku farid “ kata laki – laki itu cuek.
             Tanpa pikir panjang VIna langsung berlari menuju fakultas nya.  Sekali lagi ada yang beda menurut Vina apa yang ia alami pada hari ini. Seharian ia tak bisa lepas dari memikirkan apa yang sudah terjadi di bis itu.
             “ baru kali ini gue mikirin cowok , hebat juga tuh cowok “ curhatnya pada Lewni sahabatnya,
            “ weh hebat lo udah bisa fall in love an udah gadis lo hhaaa” canda Lewni
            “enak aja, selama ini gue emang gadis kalii hu dasar kalo ngomong, kapan ya gue ketemu ma dia lagi len?” Tanya Vina,
            “ ya kalo jodoh sih gak kemana ,kalo pun ketemu lagi berharap aja dia jodoh lo”, jawab Lewni
            “haaha ngarep banget gue, baru kali ini ada cowok yang berhasil nyentuh hati gue”,
            “ hati – hati yang namanya bahagia lo ini belum pasti tau” kata Lewni
            “banget,  gue ngerti sih “ jawab Vina
            Hari demi hari sudah terlewatkan. Vina bahkan tak ingat lagi apa yang sudah terjadi hari itu. Hari tampak cerah dan banyak hal yang tidak biasa Vina lakukan pada hari itu. Ia tampak rapi dan datang lebih awal dibanding yang lain. Duduk di sudut bangunan kampus ia menunggu teman –temannya datang dengan ditemani udara yang dingin. Dengan sekali tolehan lehernya, samar – samar ia mengenali seorang dengan wajah yang tak asing. Farid! Ya itu Farid. Vina bingung dan tampak gugup. Entah apa yang harus ia lakukan. Karena terlihat olehnya Farid tampak sibuk dan buru – buru.
            “ yah” dengan nada kecewa , ia tahu Farid tidak ingat dengannya. Karena senyuman Vina sudah tak dikenal Farid.
            “ hmm ya Allah mungkin dia lupa, tapi cukup tahu aja siih ternyata dia anak kampus sini juga. “ kata Vina
             Farid memang tampak buru – buru juga. Tapi memang dia ada sedikit urusan pagi itu. Namun hard feeling nya tak bisa dibohongi. Dia melihat Vina, sudah ia coba untuk mencari tahu tentang Vina tapi tak kunjung dapat juga dan pagi itu sudah menjadi sedikit jawaban hatinya.
            “ aku ga punya keberanian , ini cinta?” kata Farid dalam hati. Meski demikian selepas ia sekilas melihat Vina, langsung saja langkah kakinya tak terhenti.
***
            Semua berlalu dan berjalan normal sebagaimana adanya. Tapi ada kebiasaan baru bagi Vina. Ia sudah biasa  utnuk datang lebih awal dari teman – temannya. Tapi tujuan utamanya bukan karena takut telat atau hal – hal yang berkaitan dengan kuliahnya, tapi demi melepas rindu dalam hatinya, ia rela untuk datang lebih awal untuk melihat Farid.
            Dan Allah pun berkehendak lain. Takdir jika mereka harus lebih sering bertemu disaat yang tak direncanakan juga lebih sering terjadi.  Saat diperpustakaan adalah saat yang teramat penting bagi Vina. Karena disana ia bisa menyapa Farid tanpa hambatan apapun. Tapi satu hal ‘ keberanian’ karena untuk urusan yang satu ini buksn keahlian Vina J.
            Senyum lalu “ hai” kata Vina sambil menhentikan kakinya
            “ee hai” kaget dan mendadak gugup juga.
            “inget kan ma gue? Vina. Apakabar?” Tanya VIna
            “Iya inget, baik siih” jawab Farid
            “sombong banget sih?” kata VIna
            “Darimana sombong ? ga ah,aku ya begini orangnya” ujar Farid
            “ iya udah, kalo gitu aku mau pergi dulu ya  “ pamit Vina
            “ oke “ jawab Farid
Semuanya berlalu begitu saja. Tanpa ada perasaan bahagia ataupun sedih yang mendalam bagi mereka. hari berganti hari, bulan berganti bulan dan semua berlalu begitu saja tanpa ada hal – hal yang paling Vina tunggu – tunggu. Terkadang dilihat oleh V ina gerak – gerik Farid yang menarik bagi dirinya.
Tapi tak ada yang bisa Farid lakukan, Karena selama ia kuliah pun belum ada seorang wanita pun yang menjadi pendampingnya. Dan Vina yang terlarut dalam cinta yang ada dalam hatinya pun tak mampu mencairkan hatinya untuk yang lainnya juga. Entah ataukah ini takdir Tuhan? Tapi tak terjawab juga karena kenyataan….
Tiga tahun berlalu..
***
            Suatu ketika dikantin RETNO, kantin yag letaknya tak jauh dari terminal bis. Saat itu kampus lagi ramai – ramainya festival seni di kampus. Sehingga tak heran suasana kantin dan terminal lebih ramai dibanding ruang kelas J. Begitu pun VINA, sudah 6 semester ini ia rasakan banyak perubahan. Pendewasaan dirinya yang menyita waktunya untuk menjadi seorang muslimah!. Bisa dibayangkan seperti apa perubahan itu. Vina memang sangat ingin merubahnya bukan karena siapa dan untuk siapa. Tapi memang sudah menjadi keinginan dalam hatinya. Tak heran juga ia selesai sholat zuhur beranjak ke kantin yang kebetulan diajak teman – temannya. Mereka berjalan kekantin yang tak jauh dari festival. Ramainya bukan main sehingga pandangan  mereka sangat dimanjakan oleh aneka pertunjukkan seni.
            Sesaat dikantin ia bertemu seseorang. Ya,, wajahnya tampak sangat taka sing bagi Vina.
            “ vin, vin, kamu kok gak tegur dia sih? Kalian kan udah lama gak ketemu. Bentar lagi mau penelitian loh, udah gak bisa lagi ketemu..” kata astir sahabat Vina.
            “ hmm, aku capek. Biar saja. Semua tergantung takdir Allah. Aku gak mau mikir dia” jawab Vina
            “coba aja, mungkin dia berubah?” Tanya astir
            “makanlah” kata Vina singkat
 Dan Astri tak bisa berkata apa – apa lagi, Lewni dan lainnya pun juga membisu dengan sikap Vina.
            Farid semenjak sepulang dari penelitiannya yang lumayan lama, untuk pertama kalinya kembali ke kantin dan untuk pertama kali juga melihat Vina dengan perubahannya. Bagi Farid itu adalah hal yang sangat membahagiakannya. Sudah ia siapkan oleh – oleh bagi Vina sebuah souvenir unik buah tangan dari daerah yang menjadi objek penelitiannya.
            Dengan langkah gagahnya ia berjalan kea rah meja makan Vina. Dan secara spontan juga Farid langsung duduk di dekat Vina. Sontak Vina pun kaget.
            “ masya Allah” VIna kaget
            “ maaf, aku ganggu. Apakabar Vina? Sekarang sudah beda “ sapa Farid lembut
            “baik. Iya sedikit perubahan Alhamdulillah. Kamu apakabar?” sambil berhenti makan dan sedikit perasaan bingung menyerangnya tiba –tiba.
            “ baik juga. Sudah lama gak liat kamu. Abis makan aku mau ngomong sesuatu” kata Farid
            “ ok” jawab Vina singkat, sambil menghabiskan makan siangnya kala itu. Vina tampak sedikit acuh dengan pandangan Farid yang sangat berbeda dari Farid yang dulu.
            Farid memandang VIna dalam – dalam. Dirasa rindunya sudah terbayarkan karena keberaniannya yang kuat mendorongnya untuk melakukan hal yang dulunya sangat tak bisa ia lakukan. Berkali – kali ia melihat jam di tangan. Tak lama kemudian Vina selesai.
            Dengan langkah yang santai VIna menuju keluar namun tak lupa ia berpamitan dengan sahabat –sahabatnya.
            “ aku pergi dulu, nanti kalo mau pulang aku sms” kata Vina
            “ iya VIna sayang, kami seneng deh, pasti ini yang kamu nantikan” jawab Lewni
            “ hmmm” jawab Vina
             Farid dan Vina untuk pertama kalinya berjalan berdua. Mereka masing – masing sangat menginginkan saat –saat seperti ini. Mereka menuju ke salah satu kursi di pinggir terminal. Tak banyak orang memang duduk disana.
            “sudah lama gak ketemu. Aku bawa oleh – oleh, kamu pasti suka.” Kata Farid
            “makasih ya” jawab Vina sambil tersenyum
            Perbincangan mereka pun berlanjut dari cerita – cerita penelitian Farid dan semua hal tentang pengalaman mereka masing – masing. Dan terakhir..
            “aku mohon kamu jaga semua hal yang ada pada kamu” ucap Farid lembut
            “maksudnya?” Tanya Vina
            “apa yang ada dalam hatimu jangan pernah berubah” jawab Farid
            “aku gak ngerti” kata Vina
            “selama kemarin aku sudah mengacuhkan mu” ujar Farid
            “lupakan” jawab Vina
            “aku beasiswa S2 di Malaysia, tinggal disana 3 tahun. Gak pulang kesini karena kelurga aja yang kesana” kata Farid
            “ selamat ya, semoga sukses. Maaf gak bisa kasih kenangan apa – apa. Tapi aku Cuma punya .. hhmm note book di festival. Ya semoga berkesan” ujar Vina
            “makasih ya. Kira – kira kamu ada dimana 3 tahun lagi ?” Tanya Farid
            “ tetap disini (menunjuk ke dada Farid)” jawab Vina. Sebelum Farid menjawab Vina bergegas pergi tanpa sepatah kata apapun. Berlari sekencang mungkin karena dirasa airmatanya tak mampu ditampungnya. Dicarinya sudut ruangan yang tak mungkin Farid temukan. Disudut itu pun Vina hanya bisa termangu tanpa sadar airmatanya sudah membanjiri pelupuk matanya.
            Sepeninggal Vina, Farid hanya tersenyum. Berusaha mengejar tapi sungguh tak kuasa. Karena ia juga sedang berusaha menahan sedih dan sakit yang teramat dalam pada kenyataan yang sangat membuat hatinya dan Vina merintih. Namun semuanya berlalu..
***
            Keesokan harinya, Farid dan keluarganya bersiap menuju bandara. Bersiap pula meninggalkan semua yang ada di sekitarnya.  Hari tampak mendung. Perasaan yang teramat dalam dirasakannya. Meninggalkan semua yang dia sayang untuk waktu yang lama.
            Dan sesampainya di bandara            Farid masih sempat berbincang dengan sanak keluarga yang mengantarnya. Sejenak dia lupa akan satu hal yang terakhir membuatnya begitu sedih. Dia sedang tidak di kuasai hatinya melupakan perasaan dan merasakan perasaan orang lain.
            Dan di lain tempat, Vina sudah sangat tergesa – gesa pergi ke kampus. Sama halnya dengan Farid, dia juga sepertinya telah melupakan sesuatu yang seharusnya justru sangat berkesan. Keduanya sungguh sangat memisahkan dan melupakan satu sama lainnya. Entah mengapa keduanya harus melupakan apa yang ada dalam hati mereka. hingga waktu pun memang membiarkan mereka melupakannya. Hingga beberapa tahun setelahnya tetap sama. Keduanya disibukkan akan kesibukkan masing – masing.
***



Di suatu hari di Malaysia sedang musim hujan yang tak pernah lepas dari mendung tiap harinya. Saat Farid sedang menunggu redanya hujan di suatu kafe, dia tiba – tiba ingat sesuatu. Ya, seseorang yng selama ini dia lepas dari ingatan. Cepat – cepat ia buka salah satu social networking nya yang sudah beberapa tahun ini ia aktifkan hanya untuk update info dari tempat satu kuliahnya saja.
            “ astaghfirullah, kok bisa aku lupa? Sudah berapa tahun ini. Ya ampun kok aku gini ya..” kata Farid sambil siuk mencari akun Vina.
Setelah dicari, akhirnya ia mendapati Vina ssedang on juga. Tanpa pikir panjang, Farid langsung memulai chat.
            Assalamualaikum ( sapa Farid). Sekian menit berlalu juga tanpa jawban dari Vina.
            Vina, apakabar? ( ketik Farid lagi), dan lagi juga tanpa balasan.
            Farid dengan sabar menunggu jawaban dari Vina. Di menit – menit setelah itu Fardi hanya melihat akun Vina yang sudah lama dia lupakan. Semua karena jadwal kuliah yang disipllin. Namun, setelah setengah jam berlalu, tiba – tiba Vina membalas.
            Waalaikumsalam, tidak perlu tahu. Saya baik. ( balasnya)
Farid terkejut dengan apa yang dijawab oleh Vina. Dia bingung harus menjawab apa lagi. Ia mencoba memahami maksud Vina. Rasa bersalah mulai menhampiri Farid. Tapi..
            Maaf anda ada keperluan apa? ( kata Vina )
Farid langsung saja membalas, Maafkan saya Vin, sudah hampir setahun saya gak kasih kabar.
Vina baik saja. Tenang dia sudah melupakannya juga (balas Vina)
Farid pun bingung dengan jawaban chat dari Vina, terkesan itu bukan VIna. Lalu Farid mencoba bertanya.  Maaf sebelumnya, ini Vina kan?
Ini akun Vina, tapi saya Juadi. Suami Vina. Anda teman kuliahnya dulu kan? Vina banyak cerita waktu itu. Tapi sepertinya dia lupa dengan anda. Anda salah kalo seandainya anda bilang hamper setahun ga kasih kabar. Buktinya saya menikah dengan Vina sudah mau 2 tahun. Dia sedang istirahat, setelah anak kedua saya lahir. (balas Vina)
Bak bagai terkena Guntur, mendung semakin mendung dan suasana sekitar kafe seolah tahu suasana hati Farid yang remuk melihat balasan yang ternyata dari suami Vina. Kini, hatinya semakin kacau. Dia seolah terbangun dari kesibukan yang melupakannya pada sesuatu yang sangat berharga, kin sudah halal menjadi milik yang lain.
Benarkah? Maaf mas kalo begitu, saya hanya mau silahturahim. Saya mau Vina tahu tentang ini, saya rasa saya sudah berdosa dengannya. Saya mau mengunjungi kalian. Minggu depan saya ke Indonesia. (balas Farid)
Baiklah, saya tinggal di jalan Jenderal Sudirman. Komplek Pertamina blok A no. 07 Kalo mau datang silahkan, dengan senang hati. (balas suami VIna)
Baiklah. Terima kasih. (balas Farid)
                                                                        ***
Setelah beberapa hari kemudian, Farid segera berangkat menuju Indonesia dengan bingkisan untuk Vina dan ananknya. Rasa sesal teramat dalam dirasakan Farid atas janjinya terakhir kali bertemu dengan Vina. Namun, takdir telah menjadikannya seperti ini. Sesampainya di alamat yang dituju, dengan cepat dia mengetuk pintu.  Dari balik pintu, tampakk wanita cantik dengan ramah menbukakan pintu sambil menggendong bayi mungil. Vina tampak lupa dengan sosok yang ada di hadapannya.
“ maaf ya anda cari siapa?” sapa Vina
“ kamu Vina? Saya Farid..” jawab Farid
“ ya ampun, ada apa?” kata Vina
“ aku minta maaf, boleh diijinkan masuk?” jawab Farid memohon
“ mari “ Vina
            Farid hanya bisa memandangi bayi mungil yang ada di tangan Vina. Vina tampak begitu bahagia dengan kehadiran sang bayi tersebut. Sedikit rasa sesal karena itu bukan bersamanya. Dengan perlahan dia meletakkan bingkisan nya di atas meja.
“ini sedikit oleh – oleh. Maaf in aku Vin, aku ga kasih kabar bertahun – tahun belakangan” kata Farid
“ ga masalah, aku sudah lupa. Dulu memang dengan sabar aku menunggu, tapi sia – sia, kini bairkan aku bahagia dengan malaikat kecilku ini.” Jawab Vina
“ aku menyesal, tapi aku coba ikhlas jalani kenyataan yang ada ini. Andai aku berani berkata jujur saat itu. Kalo sekarang mungkin aku sudah berdosa.” Kata Farid
“ hm, lebih baik kamu jalani saja kehidupan dengan mereka yang lain. Jangan biarkan mereka menunggu padahal tidak ada harapan dari kamu. Kini, jalani kehidupan masing – masing. “ Vina
“ baiklah, biarkan saya menyesal. Andai saya mampu perbaiki tapi gak  mampu. Kalo begitu saya pamit” kata Farid
“ terima kasih” jawab Vina
            Farid dengan tanpa daya menghampiri mobilnya yang terparkir dihalaman rumah Vina. Rasa sesak di dadanya mulai kambuh. Di perjalanan yang panjang, sepanjang itu pula dia hanya memikirkan apa yang telah terjadi saat terakhir kali di kampus. Kini ia hanya bisa menjalani hidup yang bersendirian. Sepanjang ahri pekerjaan menyibukkannya. Hingga lupa sebagian dari kebahagiaannya tak terbagi bersama seorang pendampingpun.
            Cinta memang gila, dan kadang memaksa kita melakukan hal – hal gila supaya tanpa beban sebuah rasa di hati dapat terhembus ke alam nyata sang idaman hati.
                                                            ***















Back to Top